Hukum Islam

Mensyukuri Nikmat Umur




Jamaah Jum'at rahimakumullah,

Pada kesempatan ini saya selaku khatib kembali mengingatkan, utamanya untuk diri saya sendiri, marilah kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, Zat yang telah menciptakan kita dan telah memberikan segala kenikmatan hidup hingga saat ini.
Ketaqwaan dalam arti melaksanakan semua perintah-Nya serta meninggalkan larangan-larangan-Nya. Dan juga ketaqwaan yang dapat menumbuhkan rasa syukur atas segala nikmat Allah.

Allah senantiasa mencurahkan nikmat-Nya kepada kita dengan bermacam-macam nikmat yang tidak dapat dihitung banyaknya. Dalam hal ini Allah berfirman dalam Surat An-Nahl:18:

"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya engkau tidak dapat menghitung jumlahnya."

Sungguh benar firman Allah, andaikata kita hitung satu per satu, nikmatnya mata hingga kita bisa memandang indahnya dunia, nikmatnya telinga hingga kita bisa


mendengarkan suara-suara yang indah, juga organ-organ tubuh kita: jantung, paru-paru, ginjal, otak, dll, itu adalah nikmat yang diberikan Allah kepada kita secara gratis tanpa membayarnya.

Dan yang tidak kalah penting adalah nikmat Allah berupa umur dan rizki yang telah kita peroleh sampai saat ini. Adakah kita pernah mengira bahwa nikmat rizki dan umur bukan berasal dari Allah? Tidak, semua yang ada di alam raya ini adalah milik Allah, termasuk diri kita sendiri, adapun umur dan rizki yang kita peroleh hanyalah titipan Allah belaka yang nantinya harus kita pertanggungjawabkan kepada yang memilikinya, yaitu Allah SWT.

Jamaah Jum'at rahimakumullah,

Apabila kita mencoba untuk menelaah lebih dalam nikmat yang besar itu pada dasarnya tergantung pada nikmat yang kecil, la insyakartum laa adziidanakum, barangsiapa yang mensyukuri nikmat yang ada, maka Allah akan menambah nikmat baginya. Oleh karena itu, janganlah merisaukan nikmat-nikmat lain yang belum kita miliki, jangan khawatir oleh aneka nikmat yang kita inginkan dan belum kita peroleh, tetapi risaukanlah nikmat yang ada dan belum sempat kita mensyukurinya.
Boleh jadi kita sering panik ketika memikirkan sesuatu yang belum kita miliki. Padahal, kita seharusnya lebih memikirkan tentang bagaimana caranya kita mensyukuri apa yang telah kita nikmati. Sebab rasa syukur itulah yang akan mencukupkan dan akan mengundang nikmat-nikmat berikutnya.

Alangkah berat jika kita merasa memiliki sesuatu, namun kita takut kehilangan atau takut tersaingi. Ada sebuah perumpamaan yang sederhana mengenai tukang parkir. Walaupun banyak mobil dia tidak sombong, ganti-ganti mobil dia juga tidak menjadi takabur.
Bahkan ketika semua mobil diambil sampai habis, dia tidak sakit hati. Sebab, dia hanya merasa dititipi. Lillahi maa fissamaawaati wa maa fil ardl, semua yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah. Salah satu yang bisa membuat kita tenteram dan menjadi ahli syukur adalah kita sadar bahwa semua nikmat yang ada ini hanya berasal dari Allah dan hanya milik Allah. Adapun kita, hanya sekedar tertitipi beberapa saat saja.

Oleh karena itu, adanya nikmat jangan membuat kita menjadi sombong, karena itu hanya titipan saja. Sedikitnya nikmat juga tidak usah membuat kita minder, karena itu juga titipan. Melihat orang lain yang tertitipi banyak rizki, kita sama sekali tak perlu dengki. Sebab yang mereka miliki juga hanya titipan dari Allah. Maka sesuka Allah-lah membagikan nikmat kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya. dan kalau diambil oleh Allah pun tak perlu sakit hati, karena memang semua nikmat itu hanyalah titipan dari-Nya.

Sidang Jum'at rahimakumullah,

Orang yang paling beruntung di dalam hidup ini adalah orang yang dipenuhi oleh rasa syukur. Ada 5 bentuk syukur nikmat yang perlu kita renungkan.

Pertama, yakinlah bahwa semua nikmat itu hanya milik Allah. Tiada pembagi nikmat selain Dia.

Kedua, ucapkanlah alhamdulillahirabbil'alamin, segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Pujilah Allah dalam segala situasi karena apa yang kita nikmati sesungguhnya melampaui apa yang menyusahkan diri kita. Jika kita dipuji orang sebagai orang yang cerdas, maka sebenarnya otak dan pikiran kita adalah ciptaan Allah. Dan kalau pun dipuji karena harta, itu pun ternyata hanya titipan belaka. Ucapan alhamdulillah yang muncul dari pikiran yang sehat dan sempurna pasti akan menimbulkan rasa syukur atas segala nikmat yang diterimanya dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Ucapan subhanallah akan menimbulkan rasa takjub yang mengartikan kebesaran Allah serta kesucian-Nya dari segala sifat-sifat kekurangan.

Ketiga, berterima kasih kepada orang yang menjadi jalan nikmat. Harus disadari bahwa selain syukur kepada Allah, kita juga harus bersyukur kepada manusia sebab tidak disebut seseorang itu sebagai ahli syukur kecuali ia juga pandai bersyukur kepada manusia.

Keempat, jadikanlah setiap kenikmatan itu menjadi jalan pendekat kepada Allah. Orang yang bersyukur karena memiliki keturunan, maka ia mempunyai kewajiban untuk mendidik anak keturunannya itu agar dekat dengan Allah, agar menjadi anak yang sholeh berbhakti kepada kedua orangtuanya. Orang yang bersyukur karena memiliki profesi sebagai guru atau pendidik, maka profesi itu harus dijalani dengan ikhlas tanpa mengharapkan sesuatu dari anak ddidik, justru sebaliknya harus membekali mereka dengan ilmu untuk masa depannya, itulah investasi kita di alam kubur sebagai amal jariyah.

Tiada Tuhan selain Allah, yang menciptakan nikmat. Dia pula yang memberikan nikmat itu kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Walaupun seluruh kata-kata kita kerahkan untuk memuja dan memuji-Nya, pastilah tidak sebanding dengan keagungan, kebebasan, dan limpahan nikmat yang telah Allah limpahkan.

Khutbah II

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman:

"Wahai hamba-Ku, tidak Ku-ciptakan kalian hanya karena ingin memperbanyak jumlah kalian yang sedikit, juga bukan untuk tujuan bersenang-senang dengan kalian karena rasa kesepian. Bukan pula karena Aku ingin meminta tolong kepada kalian karena suatu hal yang tak mampu Ku-atasi. Aku ciptakan kalian agar kalian berdzikir kepada-Ku sebanyak-banyaknya, beribadah kepada-Ku selama-lamanya, dan agar kalian bertasbih kepada-Ku setiap pagi dan petang hari."

Berkenaan dengan hadits tersebut kita harus meniatkan apa-apa yang kita lakukan semata-mata hanya karena Allah. Sebagai seorang petani atau pedagang maka bertani dan berdaganglah secara Islami dan meniatkan untuk memperoleh ridho Allah, jika demikian insya Allah akan dicatat sebagai amal ibadah disamping ibadah-ibadah lain yang harus kita lakukan. Sebagai seorang penuntut ilmu, baik itu ilmu agama atau pun ilmu di sekolah, jika kita niatkan semata-mata untuk memperoleh ridho Allah maka insya Allah dia tercatat sebagai seorang ahli dzikir.

Umur yang kita pakai sekarang ini akan kita pertanggungjawabkan kepada Allah untuk apa saja umur kita habiskan. Bentuk rasa syukur kelima berhubungan dengan nikmat umur yang telah kita jalani adalah kita sering-sering mengevaluasi diri, menghisab diri sendiri sebelum kita dihisab di hari perhitungan nanti di akhirat.

Oleh karena itu marilah kita sama-sama mengingat maut yang sewaktu-waktu bisa datang menjemput kita. Supaya rasa syukur kita terhadap nikmat umur semakin bertambah.

Marilah kita berdoa bersama-sama, menghadapkan wajah kita kepada Allah, agar kita diberikan kesempatan untuk bisa menghadapkan wajah kita kepada Allah dengan tenang di akhirat nanti.